Sabtu, 24 Maret 2018

Dairy SANG ULAMA

DIARY SANG ULAMA

Siapakah di antara saudara yang tinggal di Solo? Insya Allah tidak asing dengan sosok almarhum Habib Anis Al-Habsyi. Beliau adalah ulama dengan seribu senyum.

Siapa saja yang pernah bertemu dengannya, pasti akan setuju bahwa kesantunan dan keramahan adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari beliau.

Hari ini kita akan bercerita tentang kakek beliau, seorang alim yang tinggal di negeri Mekkah dan Yaman, pengarang kitab sirah Nabi, sekaligus guru dari orang-orang soleh pada zamannya, yaitu Sayyid Ali Al-Habsyi.

Suatu hari Sayyid Ali sedang duduk bersama Sayyid Hasan sahabatnya. Kebetulan saat itu beliau sedang memegang kitab karangan Imam Al-Haddad. Kemudian sang sahabat meminta beliau untuk membuka kitab itu secara acak,

"Bagaimana kalau engkau buka kitab itu, untuk mencari jawaban apakah Rasulullah mencintai kita berdua atau tidak?"

Maka Sayyid Ali menuruti permintaan sahabatnya dan terbuka tepat pada kalimat,

هل انت يا ست الحسان تدرين بما اقاسي وبما اعاني

(Duhai kekasih tercinta, tahukah engkau bahwa aku menderita dan merana karenamu)

Tentu sang sahabat terkejut bahagia dengan kalimat itu, ia tak sabar menambah pertanyaan berikutnya,

"Coba buka sekali lagi, akankah kita bisa berkunjung ke Madinah kembali? Aku ingin tahu jawabannya,"

Sayyid Ali juga penasaran dengan hal itu, beliau membuka kembali kitab tersebut secara acak, rupanya terbuka halaman yang berbunyi,

عسى عودة للمستهام ورجعة إليك لتقبيل الثرى والماثر

(Semoga yang sedang rindu ini dapat berkunjung kembali padamu untuk mencium tanahnya dan peninggalannya)

Benar-benar jawaban yang menggembirakan bagi Sayyid Ali dan sahabatnya. Singkat cerita ketika malam tiba, Sayyid Ali bertemu Rasulullah dalam mimpinya, kemudian Rasul bertanya kepadanya,

"Aku adalah kekasihmu Muhammad Rasulullah, bukankah engkau tadi sudah membuka-buka kitab Al-Haddad?"

"Benar ya Rasulullah."

"Ketahuilah yang kau baca itu benar semua!"

Mengharukan sekali kisah ini. Bagaimana dua orang soleh yang mencari pertanda dari Allah, sampai dikabari langsung oleh Rasulullah dalam mimpi tentang kebenaran pertanda tersebut.

Diary tentang kejadian indah yang dialami Sayyid Ali ini diceritakan dalam kitab Jawahirul Anfas.

Sudah pasti para ulama melakukan hal ini karena mengikuti hadist dalam riwayat Bukhari dan Muslim,

لاَ عَدْوَى ، وَلاَ طِيَرَةَ ، وَيُعْجِبُنِى الْفَأْلُ . قَالُوا وَمَا الْفَأْلُ قَالَ كَلِمَةٌ طَيِّبَةٌ

“Janganlah menganggap penyakit menular dengan sendirinya tanpa ketentuan Allah, dan janganlah mencari tanda-tanda kesialan. Justru tanda-tanda baik yang membuatku takjub."

Para sahabat bertanya, “Apa itu tanda-tanda baik?”

Rasulullah menjawab “Kalimat yang bagus.”

Begitulah terkadang Allah mengantarkan tanda-tanda baik terhadap suatu pertanyaan kita, tetapi terkadang tanda-tanda baik tersebut kita upayakan sendiri seperti yang dilakukan Sayyid Ali.

Guru saya yang sering menganjurkan untuk mencari pertanda baik dalam Al-Quran adalah Ustadz Nasrullah. Bahkan beliau kini memiliki diary tersendiri tentang kisah orang-orang yang telah ditunjukkan tanda-tanda tersebut dari Al-Quran.

Saya pasti membeli diary ini kalau sudah terbit nanti. Saudara juga kan? Semoga kelak bermanfaat menambah rasa cinta kita kepada Al-Quran. Amiin.

Salam Hijrah.
⏰ Waktunya bangun dan berubah dari tidur panjang kita!

Sumber : Ustadz Arafat mata annallaahu bithuuli hyatih wa nafa'anaa biu'lumih aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar